Mendidik Anak dalam Belajar Memaafkan
10-11-2020

Sebagai seorang ibu, seringkali Bunda melihat Si Buah Hati bermain dan kemudian terlibat perkelahian dengan temannya karena berebut mainan. Terutama bila ia telah berusia 5 tahun dan memiliki banyak teman serta kemauan. Sudah waktunya Bunda untuk mengajarkan Si Buah Hati, untuk belajar memaafkan.
Bila begitu, Bunda pasti ingin Si Buah Hati bisa cepat berbaikan dengan temannya dan kembali bermain seperti sedia kala. Namun ada kala Si Buah Hati menolak bermain lagi dengan temannya dan memilih bermain sendiri, meskipun temannya sudah menyodorkan tangan untuk minta maaf. Nah, di sinilah peran Bunda dalam mendidik anak mulai diuji.
Marah dan kesal bisa terjadi pada siapa pun, termasuk juga pada seorang anak kecil. Kemarahan karena dipukul teman, berebut mainan, atau jatuh karena didorong saat bermain adalah hal yang biasa. Yang harus dipikirkan Bunda adalah apakah Si Buah Hati bisa memaafkan temannya itu. Bukan apa-apa, memaafkan jauh lebih sulit ketimbang minta maaf.
Meskipun anak memiliki egosentris yang lumayan tinggi dan masih sulit mengelola amarahnya, mereka sebenarnya dilahirkan dengan naluri untuk memberi maaf lebih besar ketimbang orang dewasa. Ini terjadi karena konflik yang dia alami lebih sederhana. Selain itu seorang anak juga masih bisa diajak untuk memahami emosi dan emosi orang lain sehingga proses memaafkan jadi lebih mudah.
Cara mendidik anak untuk memiliki kemampuan memahami emosi sendiri dan orang lain ini, bisa diasah sedini mungkin oleh Bunda, bahkan saat Si Buah Hati masih berusia di bawah lima tahun. Berikut beberapa tips yang mungkin bisa Bunda lakukan agar Si Buah Hati bisa belajar memaafkan orang lain:
Berikan Si Buah Hati Contoh Belajar Memaafkan
Belajar memaafkan akan lebih mudah dilakukan Si Buah Hati bila dia mempunyai contoh langsung dari orang tuanya. Bunda jangan ragu membiasakan diri meminta maaf bila melakukan hal yang tidak disukai Si Buah Hati. Sehingga Si Buah Hati juga tidak sungkan untuk meminta maaf bila melakukan kesalahan.
Selain kata, “Iya, aku maafkan” Si Buah Hati juga harus diajari bahwa bahasa tubuh seperti berjabat tangan, atau memeluk juga termasuk cara untuk memaafkan.
Bunda harus memastikan permintaan maaf juga bersamaan dengan rasa menyesal, jangan sampai permintaan maaf bisa digunakan untuk mengulangi kesalahan yang sama.
Belajar Menyalurkan Kemarahan
Beberapa anak cenderung untuk tertutup dan menolak untuk menyalurkan kemarahannya, sehingga proses memaafkan jadi sulit. Bila Si Buah Hati bertipe seperti ini, Bunda harus mengajari bagaimana menyalurkan kemarahannya. Misalnya dengan menggambar, menulis, atau bicara langsung pada orang yang membuatnya marah. Bila dada Si Buah Hati plong, maka akan mudah memaafkan.
Bunda, baca juga artikel berikut ini: Belajar Sopan Santun Sejak Dini Lewat Bermain Tamu-tamuan